Saat kita memasuki tahun baru, resolusi kesehatan sering kali berkisar pada tema-tema umum seperti diet dan olahraga. Namun, penelitian terbaru mengenai gangguan pendengaran yang dilakukan oleh para ahli, seperti Dr. Janet Choi, Dr. Frank Lin, dan Dr. Thomas Holland menunjukkan bahwa ada aspek penting yang mungkin hilang dari resolusi ini yaitu kesehatan pendengaran.
Temuan terbaru, yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Healthy Longevity, mengungkapkan bahwa penggunaan alat bantu dengar secara teratur dapat secara signifikan menurunkan risiko kematian dini di kalangan orang dewasa Amerika Serikat yang mengalami gangguan pendengaran. Dr. Choi, seorang ahli THT di Keck Medicine dari University of Southern California, memimpin dalam mengungkap potensi manfaat alat bantu dengar yang dapat menyelamatkan nyawa, didukung oleh wawasan dari Dr. Lin dan Dr. Holland.
Dampak Menyelamatkan Nyawa dari Penggunaan Alat Bantu Dengar Secara Reguler
Penelitian inovatif dari Dr. Janet Choi, yang mencakup data lebih dari 10.000 orang dewasa di AS antara tahun 1999 dan 2012, mengungkap sebuah penemuan mengejutkan risiko kematian sebesar 24% lebih rendah bagi individu dengan gangguan pendengaran yang rutin memakai alat bantu dengar. Asosiasi ini berlaku di berbagai demografi, menekankan peran perlindungan alat bantu dengar. Terlepas dari usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, ras, jenis asuransi, dan tingkat keparahan gangguan pendengaran, pengguna alat bantu dengar secara rutin menunjukkan risiko kematian yang jauh lebih rendah. Dr. Choi menekankan bahwa alat bantu dengar lebih dari sekedar perangkat opsional, mereka memainkan peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Penelitian ini mengkategorikan 1.863 orang dewasa yang mengalami gangguan pendengaran berdasarkan pola penggunaan alat bantu dengar mereka yaitu pengguna reguler, non-reguler, atau tidak pernah. Meskipun ada penyesuaian pada faktor-faktor seperti kekayaan, pendidikan, dan kesehatan secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa perbedaan risiko kematian sebesar hampir 25% antara pengguna alat bantu dengar biasa dan yang tidak pernah menggunakan alat bantu dengar tetap stabil. Dr. Choi mengatakan sungguh menakjubkan betapa sedikit orang dengan gangguan pendengaran yang memakai alat bantu dengar secara teratur – hanya 12%. Mayoritas tidak pernah memakai alat bantu dengar. Temuan mengejutkan lainnya adalah orang-orang dalam penelitian ini yang memiliki alat bantu dengar namun tidak menggunakannya secara teratur, memiliki kemungkinan meninggal dini dibandingkan mereka yang tidak pernah menggunakannya.
Pengalaman Pribadi Dr. Choi dengan Gangguan Pendengaran
Dr. Choi secara pribadi dapat memahami tantangan-tantangan ini. Dia dilahirkan dengan gangguan pendengaran di telinga kirinya tetapi tidak memakai alat bantu dengar sampai usia 30-an. Dia awalnya menolak memakai alat bantu dengar, mengingat pendengarannya yang sangat baik di satu telinga. Namun, pekerjaannya sebagai dokter bedah mengungkapkan dampak dari gangguan pendengaran yang tidak diobati.
Di ruang operasi, kebisingan latar belakang menimbulkan tantangan yang menyebabkan kesalahpahaman. Dr. Choi berbagi, "Orang mengira saya hanya mengabaikan mereka, padahal sebenarnya tidak benar. Saya hanya tidak mendengarkan mereka." Kini, sebagai pengguna tetap alat bantu dengar, ia membuktikan peningkatan signifikan pada pendengarannya dan mendorong orang lain untuk mempertimbangkan kembali manfaat alat bantu dengar.
Merefleksikan perjalanannya sendiri, Dr. Choi mengatakan, “Saya benar-benar ingin mendorong setiap orang yang mengalami gangguan pendengaran untuk mencari perawatan. Saya sudah mencoba setidaknya tiga alat bantu dengar yang berbeda. Namun ketika saya menemukan yang benar-benar pas dan saya sukai, saya terkejut dengan suara yang saya lewatkan.” Saat ini, pendengarannya meningkat secara signifikan dengan bantuan alat bantu dengar. Dia mengungkapkan kepuasannya dengan mengatakan, "Saya sangat senang mendapatkan alat bantu dengar."
Saatnya Menggunakan Alat Bantu Dengar Saat Anda Mengalami Gangguan Pendengaran
Meskipun penelitian ini tidak menyelidiki mekanisme di balik hubungan ini, hipotesis menunjukkan bahwa gangguan pendengaran yang tidak diobati dapat berdampak pada struktur otak akibat gangguan pendengaran. Penelitian Dr. Lin menambah bobot pemahaman ini, mengungkapkan penurunan 48% penurunan kognitif terkait dengan penggunaan alat bantu dengar. Pemindaian MRI terhadap peserta lebih lanjut menunjukkan bahwa pengguna alat bantu dengar mengalami tingkat kehilangan jaringan otak yang lebih lambat. </p>
Meskipun penelitian tersebut tidak secara tepat menentukan frekuensi optimal penggunaan alat bantu dengar, Dr. Choi menyarankan bahwa penggunaan alat bantu dengar setidaknya sekali seminggu dapat memberikan efek positif. Hasil terbaik, menurutnya, kemungkinan besar bisa dicapai dengan penggunaan sehari-hari. Bahkan individu dengan gangguan pendengaran ringan pun dapat memperoleh manfaat dari penggunaan alat bantu dengar secara teratur, sehingga membuka jalan bagi penelitian di masa depan untuk menentukan kapan orang harus mulai menggunakan alat bantu dengar dan seberapa sering memakainya untuk mendapatkan manfaat kesehatan yang optimal.
Mengatasi Hambatan dalam Penggunaan Alat Bantu Dengar
Terlepas dari potensi manfaatnya, Dr. Choi mencatat bahwa banyak orang masih ragu untuk memakai alat bantu dengar karena kendala seperti biaya, kurangnya perlindungan asuransi, dan stigma masyarakat. Dia berharap penelitiannya akan mendorong penyedia layanan kesehatan untuk merekomendasikan alat bantu dengar secara lebih luas dan menghasilkan cakupan asuransi yang lebih baik, dengan menekankan bahwa gangguan pendengaran bukanlah bagian dari penuaan yang tidak dapat diubah.
Dr Thomas Holland, seorang ilmuwan dokter di Rush Institute for Healthy Aging, menggarisbawahi pentingnya penelitian ini dalam mengatasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Ia mencatat peran penting dari intervensi tersebut, tidak hanya untuk memberikan manfaat kesehatan langsung tetapi juga sebagai strategi ampuh untuk meningkatkan umur panjang dan kesejahteraan secara keseluruhan. Pemahaman ini menantang anggapan bahwa gangguan pendengaran adalah bagian penuaan yang tidak dapat dihindari dan tidak ada solusi yang efektif.
Ketika penelitian terus mengungkap dampak besar alat bantu dengar terhadap umur panjang dan kesejahteraan, seruan untuk memprioritaskan kesehatan pendengaran menjadi semakin mendesak. Dr. Janet Choi, Dr. Frank Lin dan Dr. Thomas Holland berkontribusi pada semakin banyak bukti yang memposisikan alat bantu dengar tidak hanya sebagai alat bantu tetapi juga berpotensi menyelamatkan nyawa. Tindakan sederhana dengan memakai alat bantu dengar muncul sebagai investasi yang baik, membina komunikasi, menjaga fungsi kognitif, dan meningkatkan kualitas hidup individu dengan gangguan pendengaran.
Saat kita menghadapi tantangan populasi yang menua, memahami pentingnya penggunaan alat bantu dengar secara teratur menjadi faktor penting dalam menciptakan masa depan yang lebih sehat dan cerah. Wawasan penelitian ini mengajak kita untuk mengatasi hambatan adopsi, menghilangkan stigma sosial, dan mengenali potensi transformatif alat bantu dengar dalam membentuk kehidupan yang lebih bahagia dan sehat.